ketika nafas disesakkan oleh WP SMOKE ...
ketika telinga dipeka kan oleh GRENADE ...
begitu banyak kesalahan yg sering kita perbuat ...
meninggalkan teman yg sedang mendefuse bom ...
... menunggu teman mati dan mengambil senjatanya ...
menghiraukan kata kata "NEED BACK UP" ..
sebelum datangnya UJIAN NASIONAL marilah kita lepas kevlar dan helmet kita gantungkan senjata dan marilah kita reload ILMU kita ...
mulai tinggalkan WARNET dan menuju SEKOLAH "STICK TOGHETHER TEAM" BELAJAR DENGAN SUNGGUH - SUNGGUH
ENEMY DOWN !! OH YEAH !! >=)
Game Online sejak SMP
Ketika masuk SMP, untuk pertama kalinya saya berkenalan dunia game online: Point Blank. Bagi saya, permainan Point Blank itu sangat menarik. Pada awalnya saya hanya ingin “coba-coba” untuk main game ini. Lama kelamaan, rasa “coba-coba” itu kemudian berubah menjadi rasa candu. Sama seperti orang yang kecanduan narkoba, rasanya kurang kalau dalam satu hari saya tidak main Point Blank. Lagipula, banyak teman saya yang juga main Point Blank. “Masih lebih baik kecanduan game daripada kecanduan narkoba”, pikir saya.
Saya bermain game ini kurang lebih selama dua tahun. Alasan saya meninggalkan dunia Point Blank karena saya mulai sadar kalau bermain game yang berlebihan sangat menguras pikiran dan tenaga, terutama mata saya. Jika saya telah bermain Point Blank selama 3 jam di depan komputer, mata saya mulai terasa perih dan kepala saya terasa sakit. Ketika masuk kamar, bawaannya selalu ingin tidur melulu. Ketika bertemu teman-teman, saya cuma bisa nyambung kalau topiknya tentang game ini. Point Blank benar-benar menghabiskan banyak waktu saya semasa sekolah.
Facebook Games
Pada masa kuliah, berkenalanlah apa yang dinamakan Facebook. Saya membuat akun di Facebook gara-gara iming-iming game online juga, yaitu Who Has The Biggest Brain?. Pada awalnya game-game di facebook enak-enak saja. Namun, lama-kelamaan game ini sama menularnya seperti game online pada umumnya. Berbagai macam permainan yang menggunakan konsep yang mirip seperti Multi-Level Marketing (bonus yang kita dapatkan akan semakin banyak jika kita mengajak teman kita ikutan main game itu), seperti Country Story, Restaurant City, Hotel City,Farmville, Pet Social, Ravenwood Fair, dan yang paling terakhir Sim City Online. Entah sudah berapa ribu jam yang saya habiskan untuk main game. Untung saja sekarang, saya telah lepas putus hubungan dengan dunia game online dan segala jenis permainan di Facebook.
“Old Games” vs. “New Games”
Game jaman sekarang tidaklah sesederhana game jaman dahulu. Masih ingat tidak ketika kita main Mario Bross? yang perlu kita lakukan meloncat-loncat, ambil jamur untuk menjadi Big Mario, kemudian menyelesaikan tiap stage yang ada. Game jaman dahulu tidak menyebabkan rasa candu yang berlebihan pada si user. Jaman sekarang, game diciptakan tidak lagi ditujukan untuk anak-anak SD atau SMP, melainkan untuk mendapatkan keuntungan komersial. Bahkan, sekarang sangat mudah untuk mendapatkan orang-orang yang berumur dua puluhan ke atas yang masih berkutat di dunia game. Mereka adalah anak-anak kecil di tahun 90an yang saat ini masih belum bisa melepaskan diri dari permainan di dunia maya.
Ketika seseorang kecanduan game, pada umumnya mereka tidak akan mengakui kalau mereka telah kecanduan game sebelum hidup mereka berantakan. Salah satu alasan mereka bertahan karena besarnya pikiran, tenaga, dan waktu yang mereka telah investasikan. Ketika mereka mulai mengingat seberapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk mengembangkan karakter yang mereka impikan, mereka akan merasa sangat berat untuk meninggalkan game yang telah diidam-idamkan selama ini. Belum lagi tekanan sosial dari sahabat-sahabat sesama gamer, maka akan lebih sulit lagi untuk melepaskan diri dari rasa candu main game.
Memang, bermain game itu ada manfaatnya. Saya tidak bisa memungkiri lagi kalaugaming mengambil peran dalam membentuk pola pikir saya saat ini. Namun, saya merasa jikalau game jaman sekarang jauh lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan dampak positifnya. Oleh karena itu, diperlukan juga peran dari orang tua dalam membentuk kepribadian anak-anak. Jangan karena takut anak-anaknya salah bergaul di luar rumah, orang tua malah memberikan jatah main game yang berlebihan di dalam rumah. pada si anak. Efeknya tidak dapat dilihat langsung dari penampilan fisik, tetapi lebih daripada perkembangan mental si anak.
Bagi mereka yang sampai saat ini masih terjebak dalam dunia game, tahukah kalian bahwa ada dunia yang jauh lebih indah di luar sana daripada duduk berjam-jam di depan komputer? Mulailah bersosialisasi dengan dunia luar, carilah hobi baru. Hal ini akan mempermudah kita untuk lepas dari rasa candu yang telah mengidap dalam hidup kita selama bertahun-tahun. Pertanyaannya sekarang, sudah siapkah anda untuk keluar dari dunia game?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar